Translate

Rabu, 02 September 2009

MADU SUMBAWA

Pulau Sumbawa adalah salah satu gugus pulau di kepulauan sunda kecil yang terbagi menjadi beberapa provinsi. Pulau Sumbawa sendiri termasuk wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang terdiri dari dua pulau besar yaitu pulau Lombok dan pulau Sumbawa serta beberapa pulau kecil. Pulau Sumbawa memiliki berbagai potensi alam yang tidak kalah menarik dengan pulau-pulau lain di Indonesia. Berbagai predikat yang melekat seperti Madu Sumbawa dan Susu Kuda Liar Sumbawa yang dianggap memiliki berbagai khasiat untuk menjaga kesehatan dan pengobatan tradisional telah berhembus seantero nusantara dan bahkan mungkin seluruh dunia.


Madu Sumbawa merupakan madu alami yang dipetik oleh petani dari dalam hutan Sumbawa.Madu hasil pemetikan kemudian diproses sedemikian rupa tanpa sentuhan teknologi modern, sehingga sifat alami dari madu tersebut masih tetap terjaga. Madu Sumbawa merupakan hasil karya lebah madu dari hasil menghisap berbagai sari bunga yang terdapat di dalam hutan Sumbawa, sehingga cita dan rasa begitu khas dan keras berbeda dengan madu hasil lebah ternak.

Selain dari madu yang merupakan hasil panen, dari cara pemetikan madu oleh petani juga merupakan suatu keunikan yang memiliki nilai-nilai budaya primitive.Budaya primitive memiliki nilai jual terhadap sektor wisata yang secara ekonomi juga merupakan produk unggulan provinsi NTB pada umumnya. Semua tergantung dari kejelian pemerintah daerah di dalam membidik kearifan local manakah yang dapat di jual sebagai produk sektor wisata yang kemudian diberikan penguatan sehingga branding yang ada bukan tinggal cerita alias pepesan kosong. Kembali terhadap Madu Sumbawa, tidak menutup kemungkinan akan menjadi sesuatu yang langka jika penanganan serius tidak dilakukan didalam mengendalikan penebangan hutan yang wilayahnya semakin berkurang karena sifat tamak manusia.

Pelestarian hutan merupakan strategi sistemik yang memiliki dampak sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat Sumbawa. Pelestarian hutan dapat meningkatkan branding Sumbawa sebagai pusat madu alam yang berkhasiat bagi kesehatan disamping itu sekaligus cagar budaya bagi teknologi primitive masyarakat Sumbawa yang khas jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Iklim yang panas dipulau Sumbawa, hutan menjadi andalan untuk mengurangi pemanasan diseluruh wilayah pulau Sumbawa apalagi dengan adanya global warming (pemanasan global) dengan demikian efek dari pemanasan global sedikit tidak dapat dikurangi atau bila perlu tidak memiliki pengaruh sama sekali. Rendahnya curah hujan di pulau Sumbawa, hutan merupakan depo untuk sumber air yang menguasai hajat hidup masyarakat Sumbawa. Hutan juga sangat mendukung terhadap sektor pertanian baik langsung ataupun tidak langsung seperti pertanian kopi yang membutuhkan tanaman pelindung, dan masih banyak manfaat lainnya.
Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat Sumbawa juga tidak terlepas dari pengaruh perubahan. Jumlah penduduk yang semakin meningkat karena adanya pertambahan jumlah kelahiran serta adanya migrasi penduduk yang disebabkan semakin lancarnya transportasi yang telah memecah Sumbawa dari keterisoliran sangat memungkinkan adanya transkulturasi yang secara alami akan berpengaruh terhadap system budaya. Apakah ini sebuah ancaman, semua tergantung bagaimana cara menyikapinya. Jika dikaitkan dengan pertumbuhan sektor wisata, dinamika yang terjadi justru sangat mendukung untuk tumbuhnya sektor wisata serta semakin cepatnya arus bolak-balik penduduk dapat mempercepat proses penyebaran informasi. Pengenalan budaya local terhadap dunia luar akan lebih dekat karena meningkatnya kunjungan turis baik domestic maupun mancanegara, yang berarti juga branding Sumbawa dengan khas madunya akan lebih mencuat ke permukaan. Ketika Malaysia sibuk dengan membajak budaya Indonesia, mengapa pemerintah daerah tidak memberdayakan potensi daerah dengan semakin meriahnya pernak-pernik budaya daerah Indonesia hanya dikarenakan proteksionisme yang berlebihan, justru tidak memandangnya sebagai potensi daerah dalam mendukung sektor wisata dan akhirnya menjadi akar budaya bangsa yang eksklusif dan statis.