Translate

Selasa, 18 Agustus 2009

PERCATURAN POLITIK DAN POLITIK PERCATURAN


Catur adalah permainan yang mengandalkan olah otak dalam bermain. Uniknya dalam permainan ini menggambarkan pertempuran dua kerajaan yaitu kerajaan “Putih” dan kerajaan “Hitam”. Berbeda dengan ilmu hitam dan ilmu putih dalam dunia klenik perdukunan. Warna hitam dan putih di dalam catur dipergunakan hanya untuk membedakan buah yang dimainkan oleh para pecatur, sekalipun dalam beberapa aturan permainan kenyataan warna hitam dipojokkan karena buah putih dalam pembukaan awal permainan selalu melangkah lebih dulu, entah ini secara kebetulan atau sejarah catur lahir dari kalangan orang berkulit putih, sehingga sentimen warna terasa dominan dalam permainan catur. Permainan catur sangat kompleks dengan strategi, sehingga dalam kamus politik Indonesia, konstelasi politik pun diibaratkan dengan istilah “Percaturan Politik”.

Sejak tanggal 9 Agustus 2009 dan berakhir pada tanggal 15 Agustus 2009, di Kota Bima yang terletak di ujung timur pulau Sumbawa Provinsi NTB telah berlangsung Turnamen terbuka Catur tingkat Nasional yang dihadiri Master-Master baik tingkat Nasional sampai Grand Master seperti Susanto Megaranto, H.Ardiansyah, Utut Ardianto, dan bahkan Master FIDE dari Negara Jiran Malaysia datang untuk memperlihatkan kebolehannya dalam mengolah otak untuk saling mengalahkan permainan catur. Turnamen ini dilaksanakan disamping sebagai ajang untuk memperkenalkan Kota Bima sebagai salah satu Kota Wisata di kawasan Timur Indonesia yang sekaligus dirangkaikan dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI yang ke 64.


Menariknya, dalam sambutan Utut Ardianto yang hadir atas nama PB PERCASI Pusat, mengatakan bahwa turnamen tersebut adalah turnamen terbuka dengan hadiah terbesar saat ini dalam sejarah Catur Indonesia yaitu Rp 50 Juta (Lima Puluh Juta Rupiah) untuk Juara I, dan total hadiah 200 Juta lebih. Turnamen sebelumnya sekalipun dilaksanakan di Jakarta hanya menyediakan hadiah untuk Juara I sebesar Rp. 15 Juta (Lima Belas Juta Rupiah). Kemudian Utut merasa tertantang, apalagi setelah mengikuti perhelatan pilihan legislatif dan ternyata terpilih atas nama rakyat untuk duduk di kursi empuk gedung DPR Pusat. Utut prihatin dengan kondisi kehidupan pecatur Indonesia yang kurang mendapat perhatian atau kelayakan sebagaimana atlit atau olahragwan lain. Utut mengatakan demikian tentunya tidak asal bunyi, karena selama ini aktif berkecimpung di PB PERCASI, sehingga tahu persis kondisi keuangan organisasi yang namanya PERCASI tersebut.

Keberanian Walikota Bima mengangkat Catur sebagai olah raga otak menjadi olah raga bergengsi adalah langkah yang tepat dalam rangka apresiasi terhadap permainan yang sangat merakyat ini. Kenyataan bahwa catur ada dimana-mana terutama di negara yang mayoritas rakyatnya adalah kaum elit alias ekonomi sulit. Catur ada di terminal, ada di emperan, ada di sudut pasar, ada di pos ronda, pos polisi, pos jaga tentara dan masih banyak tempat yang komunitasnya kebanyakan menyukai permainan catur. Hal ini terjadi karena catur adalah permainan yang digemari masyarakat disamping karena harganya yang sangat murah. Secara politis juga sangat menguntungkan apabila dimanfaatkan sebagai media komunikasi politik terutama untuk merebut hati rakyat. “Gens Una Sumus” adalah motto bagi pecatur yang artinya “Kita adalah satu keluarga”. Bagi seorang pemimpin yang benar-benar empati terhadap penderitaan rakyat serta merakyat dalam kepemimpinannya, maka motto seorang pecatur sangat pas untuk diadopsi dan biasanya pemimpin tersebut menyukai permainan catur (walaupun hanya sekedar hobby).


Gebrakan Walikota Bima dan pernyataan Utut Ardianto adalah merupakan langkah maju dalam dunia olah raga otak yang selama ini kurang mengundang minat sponsor karena sedikit memiliki nilai promosi terhadap produk. Jika dicermati, catur sebenarnya dapat dijadikan indicator untuk mengetahui semangat berfikir bagi masyarakat dengan asumsi semakin banyak pecatur disuatu wilayah maka semakin banyak pula masyarakat yang menyukai berfikir dalam berbagai hal, dengan demikian berpotensi untuk melahirkan para ilmuwan dalam berbagai disiplin ilmu. Catur juga berlatarbelakang permainan terhormat, karena merupakan permainan para raja dan panglima perang.
Harapan ke depan adalah para politisi dari pusat sampai daerah sebaiknya mempertimbangkan dan meninjau kembali semua kebijakannya jika masih menganaktirikan catur, dan jangan sekedar politik dijadikan permainan catur atau memasuki arena percaturan politik, tetapi juga harus berpolitik dengan permainan catur atau memasuki arena politik percaturan untuk meraih simpati masyarakat. Dengan demikian dapat terpilih dalam pileg, pilbub, pilgub, maupun pilpres atau mempertahankan sebagai juara bertahan dalam pileg, pilbup, pilgub dan pilpres.

Tidak ada komentar: